Wednesday, October 10, 2012

Bahasa dan Kita


18 september 2012. seperti biasa, ini saya tulis di word dulu soalnya nggak ada internet :p

Tulisan ini tadinya buat mau iseng ikutan lomba menulis di kompasiana, tapi karna sibuk luar biasa sama tugas-tugas kuliah dan midtests, jadi nggak kekirim deh :(( jadi yaudah dipost di sini aja hihi. 

“Lu tahu nggak, sekarang si Donny (anak si Paman, bukan nama dia beneran) nggak bisa kalau disuruh terjemahin Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia.” Begitu ujar paman saya saat saya berkunjung ke rumahnya setelah 3 bulan saya tidak di Jakarta karena studi.

Sang Paman lanjut bercerita kalau anaknya yang masih kelas 3 SD ini lebih fasih bercakap-cakap dengan Bahasa Inggris daripada Bahasa Indonesia. Di keluarga paman, bahasa pertama yang mereka gunakan adalah Bahasa Inggris; dan perlu saya akui, Bahasa Inggris sepupu-sepupu saya yang masih di Sekolah Dasar ini jauh lebih lancar daripada Bahasa Inggris saya yang sudah kuliah di semester 4.

Berdasarkan pengamatan pribadi saya, sekarang kayaknya lagi zaman menggunakan Bahasa Inggris sebagai bahasa pertama yang diajarkan oleh orang tua ke anak-anaknya. Banyak sekali terlihat di mall-mall anak-anak kecil berumur 3-4 tahun sudah fasih berbahasa Inggris dengan orang tuanya. Bukan hanya di kalangan keluarga, di kalangan anak muda pun, semakin keren seseorang kalau semakin fasih Bahasa Inggrisnya, apalagi kalo aksennya sudah bisa menandingi aksen bule. Memang perlu diakui, fasih berbahasa Inggris akan sangat membantu di dunia sekolah juga di dunia kerja. Sekarang ini, kebanyakan perusahaan-perusahaan sudah merupakan perusahaan multinasional, yang tentu saja memerlukan Bahasa Inggris untuk beroperasi.

Tetapi, apa perlu kita diajarkan Bahasa Inggris sampai kita tidak fasih berbahasa Indonesia? Memang sangat baik halnya kalau kita bisa fasih berbagai macam bahasa, ntah itu Bahasa Inggris, Mandarin, Jepang, atau bahasa-bahasa lain yang saat ini banyak digunakan karena Negara yang berkaitan sedang sangat maju perekonomiannya sehingga demikian pula penggunaan bahasanya. Tetapi apakah baik melupakan bahasa ‘ibu’ kita sendiri, Bahasa Indonesia? Apakah hal yang baik pula bila kita bangga kita lebih fasih berbahasa lain daripada menggunakan Bahasa Indonesia? Tidakkah kita ingat salah satu kalimat yang tertera di Sumpah Pemuda berpuluh-puluh tahun lalu, ‘Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia?’ Saya yang dari TK bersekolah di sekolah nasional, saat kuliah banyak bertemu teman-teman yang bersekolah di sekolah international atau national plus. Sungguh saya terkejut mengetahui banyak sekali kosa kata Bahasa Indonesia yang mereka tidak tahu, bahkan kata-kata yang sangat sederhana.

Selain dari zamannya penggunaan bahasa Inggris atau bahasa asing lainnya sebagai ‘pengganti’ bahasa Indonesia, sekarang ini Bahasa Indonesia juga sering diubah. Bahasa-bahasa sms yang muncul di kalangan orang Indonesia seperti mengubah seluruh bahasa Indonesia. Kata-kata yang disingkat-singkat penulisannya, kata-kata yang ditulis dengan angka dan pengkapitalisasian yang tidak benar, penggunaan tanda baca yang ngawur dan asal-asalan, semua membuat Bahasa Indonesia nggak jelas yang mana yang benar cara penggunaannya. Mungkin kalau kita tanya kepada anak-anak sekolah zaman sekarang, mereka sudah tidak tahu lagu yang benar itu ‘kok’, ‘kog’, atau ‘koq’. Atau mereka sudah tidak bisa lagi tahu bagaimana penulisan ‘di mana’ yang benar, karena keseringan menyingkat-nyingkat menjadi ‘dmn’.

Sebagai orang yang lahir seakan-akan seperti di ‘perlintasan’ antara generasi berbahasa Inggris dan generasi berbahasa sms, saya sekarang sangat bersyukur atas kesempatan mempelajari Bahasa Indonesia dengan baik dan benar setidaknya dari TK, SD, hingga SMP. Kebanggaan saya tidak kalah dibanding dengan kebanggaan orang-orang lain yang bangga mereka bisa lebih fasih berbahasa asing daripada bahasa Indonesia. Sebagai orang yang dilahirkan di Indonesia, saya bangga saya bisa fasih berbahasa Indonesia. Akan sangat indah bila semua warga Negara Indonesia mau bangga dengan bahasa persatuannya, Bahasa Indonesia dan lebih memakai Bahasa Indonesia sebagai bahasa utama dalam kehidupan sehari-hari, terutama pemuda-pemudi Indonesia yang nantinya akan menjadi pemimpin bangsa Indonesia. Boleh kita fasih berbahasa asing, tapi kita harus fasih berbahasa Indonesia!

Tidakkah kita berpendapat sama?

No comments:

Post a Comment