18 september 2012. seperti biasa, ini saya tulis di word dulu soalnya nggak ada internet :p
Tulisan ini tadinya buat mau iseng ikutan lomba menulis di kompasiana, tapi karna sibuk luar biasa sama tugas-tugas kuliah dan midtests, jadi nggak kekirim deh :(( jadi yaudah dipost di sini aja hihi.
“Lu tahu nggak, sekarang si Donny (anak si Paman, bukan nama dia beneran) nggak bisa kalau disuruh terjemahin Bahasa Inggris ke Bahasa
Indonesia.” Begitu ujar paman saya saat saya berkunjung ke rumahnya setelah 3
bulan saya tidak di Jakarta karena studi.
Sang Paman lanjut bercerita kalau anaknya yang masih kelas 3
SD ini lebih fasih bercakap-cakap dengan Bahasa Inggris daripada Bahasa
Indonesia. Di keluarga paman, bahasa pertama yang mereka gunakan adalah Bahasa
Inggris; dan perlu saya akui, Bahasa Inggris sepupu-sepupu saya yang masih di
Sekolah Dasar ini jauh lebih lancar daripada Bahasa Inggris saya yang sudah kuliah
di semester 4.
Berdasarkan pengamatan pribadi saya, sekarang kayaknya lagi zaman
menggunakan Bahasa Inggris sebagai bahasa pertama yang diajarkan oleh orang tua
ke anak-anaknya. Banyak sekali terlihat di mall-mall anak-anak kecil berumur
3-4 tahun sudah fasih berbahasa Inggris dengan orang tuanya. Bukan hanya di
kalangan keluarga, di kalangan anak muda pun, semakin keren seseorang kalau
semakin fasih Bahasa Inggrisnya, apalagi kalo aksennya sudah bisa menandingi
aksen bule. Memang perlu diakui,
fasih berbahasa Inggris akan sangat membantu di dunia sekolah juga di dunia
kerja. Sekarang ini, kebanyakan perusahaan-perusahaan sudah merupakan
perusahaan multinasional, yang tentu saja memerlukan Bahasa Inggris untuk
beroperasi.
Tetapi, apa perlu kita diajarkan Bahasa Inggris sampai kita
tidak fasih berbahasa Indonesia? Memang sangat baik halnya kalau kita bisa fasih
berbagai macam bahasa, ntah itu Bahasa Inggris, Mandarin, Jepang, atau
bahasa-bahasa lain yang saat ini banyak digunakan karena Negara yang berkaitan
sedang sangat maju perekonomiannya sehingga demikian pula penggunaan bahasanya.
Tetapi apakah baik melupakan bahasa ‘ibu’ kita sendiri, Bahasa Indonesia?
Apakah hal yang baik pula bila kita bangga kita lebih fasih berbahasa lain
daripada menggunakan Bahasa Indonesia? Tidakkah kita ingat salah satu kalimat
yang tertera di Sumpah Pemuda berpuluh-puluh tahun lalu, ‘Kami putra dan putri
Indonesia menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia?’ Saya yang dari TK
bersekolah di sekolah nasional, saat kuliah banyak bertemu teman-teman yang
bersekolah di sekolah international atau national plus. Sungguh saya terkejut
mengetahui banyak sekali kosa kata Bahasa Indonesia yang mereka tidak tahu, bahkan
kata-kata yang sangat sederhana.
Selain dari zamannya penggunaan bahasa Inggris atau bahasa
asing lainnya sebagai ‘pengganti’ bahasa Indonesia, sekarang ini Bahasa
Indonesia juga sering diubah. Bahasa-bahasa sms
yang muncul di kalangan orang Indonesia seperti mengubah seluruh bahasa
Indonesia. Kata-kata yang disingkat-singkat penulisannya, kata-kata yang
ditulis dengan angka dan pengkapitalisasian yang tidak benar, penggunaan tanda
baca yang ngawur dan asal-asalan,
semua membuat Bahasa Indonesia nggak jelas yang mana yang benar cara
penggunaannya. Mungkin kalau kita tanya kepada anak-anak sekolah zaman
sekarang, mereka sudah tidak tahu lagu yang benar itu ‘kok’, ‘kog’, atau ‘koq’.
Atau mereka sudah tidak bisa lagi tahu bagaimana penulisan ‘di mana’ yang
benar, karena keseringan menyingkat-nyingkat menjadi ‘dmn’.
Sebagai orang yang lahir seakan-akan seperti di
‘perlintasan’ antara generasi berbahasa Inggris dan generasi berbahasa sms, saya sekarang sangat bersyukur atas
kesempatan mempelajari Bahasa Indonesia dengan baik dan benar setidaknya dari
TK, SD, hingga SMP. Kebanggaan saya tidak kalah dibanding dengan kebanggaan
orang-orang lain yang bangga mereka bisa lebih fasih berbahasa asing daripada bahasa
Indonesia. Sebagai orang yang dilahirkan di Indonesia, saya bangga saya bisa
fasih berbahasa Indonesia. Akan sangat indah bila semua warga Negara Indonesia
mau bangga dengan bahasa persatuannya, Bahasa Indonesia dan lebih memakai
Bahasa Indonesia sebagai bahasa utama dalam kehidupan sehari-hari, terutama
pemuda-pemudi Indonesia yang nantinya akan menjadi pemimpin bangsa Indonesia.
Boleh kita fasih berbahasa asing, tapi kita harus fasih berbahasa Indonesia!
Tidakkah kita berpendapat sama?
No comments:
Post a Comment